Palestina sedang mencoba menciptakan mata uang digital untuk mendapatkan kebebasan atas keuangannya.
Bank sentral Palestina, sedang melihat perkembangan mata uang digital, menurut sebuah laporan dari Bloomberg.
Feras Milhem, gubernur Otoritas Moneter Palestina, mengatakan kepada Bloomberg Television bahwa dua studi tentang cryptocurrency sedang dilakukan dengan harapan pada akhirnya menggunakan mata uang digital untuk pembayaran domestik dan internasional.
Palestina tidak memiliki mata uang independen selama 70 tahun, dan ekonomi Palestina terutama bergantung pada shekel Israel untuk transaksi sehari-hari, dengan dinar Yordania dan dolar AS sebagai penyimpan nilai.
Pertimbangan Palestina terhadap mata uang digital bank sentral (CBDC) menempatkannya sejajar dengan pemain geopolitik utama lainnya termasuk China dan Swedia yang telah mulai meluncurkan CBDC.
Namun, analis ekonomi regional telah menyatakan keraguannya tentang kelayakan mata uang digital Palestina.
“Kondisi ekonomi makro tidak memungkinkan mata uang Palestina, digital atau lainnya, untuk ada sebagai alat pertukaran,” Raja Khalidi, direktur Institut Penelitian Kebijakan Ekonomi Palestina, mengatakan kepada Bloomberg.
Dorongan Otoritas Moneter Palestina untuk mengembangkan mata uang digital kemungkinan dipengaruhi oleh situasi ekonomi yang mengerikan di Palestina.
Undang-undang anti-money laundering Israel telah membuat bank-bank Palestina memiliki banyak shekel, dan batasan berapa banyak shekel yang dapat ditransfer kembali ke Israel per bulan telah digabungkan untuk menciptakan situasi keuangan yang tidak dapat dipertahankan bagi banyak orang.