Dunia cryptocurrency mengalami banyak perubahan sejak munculnya Bitcoin pada tahun 2009. Di balik peluang besar yang ditawarkan, terdapat juga risiko yang tak kalah besar, salah satunya adalah serangan siber terhadap exchange (bursa) kripto. Berikut adalah beberapa kasus hacker terbesar yang pernah terjadi di dunia kripto, beserta dampaknya dan pelajaran yang bisa kita ambil.
1. Mt. Gox (2014)
Apa yang Terjadi? Mt. Gox, yang pernah menguasai sekitar 70% transaksi Bitcoin di dunia, mengalami serangan siber pada Februari 2014. Peretas berhasil mencuri sekitar 850.000 BTC, yang pada saat itu bernilai sekitar $450 juta.
Dampak:
- Mt. Gox mengajukan kebangkrutan dan menyebabkan kepanikan di pasar kripto.
- Kepercayaan terhadap keamanan exchange kripto anjlok.
- Regulasi terhadap exchange kripto mulai diperketat.
Pelajaran:
- Pentingnya penyimpanan cold storage (offline) untuk aset kripto.
- Perlu adanya audit keamanan yang ketat secara berkala.
2. Coincheck (2018)
Apa yang Terjadi? Pada Januari 2018, exchange kripto asal Jepang, Coincheck, diretas dan kehilangan sekitar 523 juta NEM (XEM) senilai $530 juta. Serangan ini terjadi karena dana disimpan di hot wallet yang kurang aman.
Dampak:
- Coincheck terpaksa mengembalikan dana kepada pengguna yang terkena dampak.
- Otoritas Jepang meningkatkan regulasi dan pengawasan terhadap exchange kripto.
Pelajaran:
- Pentingnya menggunakan cold wallet untuk menyimpan sebagian besar aset.
- Perlunya diversifikasi dan pengamanan multi-level untuk hot wallet.
3. Bitfinex (2016)
Apa yang Terjadi? Pada Agustus 2016, Bitfinex, salah satu exchange terbesar saat itu, mengalami serangan yang mengakibatkan hilangnya sekitar 120.000 BTC, senilai $72 juta pada waktu itu.
Dampak:
- Bitfinex menerapkan skema kompensasi kepada penggunanya dengan mengeluarkan token BFX.
- Kepercayaan terhadap exchange sedikit terguncang namun kembali pulih seiring waktu.
Pelajaran:
- Penggunaan metode multi-signature wallet dapat meningkatkan keamanan.
- Pentingnya asuransi dan mekanisme kompensasi bagi pengguna.
4. Binance (2019)
Apa yang Terjadi? Pada Mei 2019, Binance, salah satu exchange terbesar di dunia, diretas dan kehilangan sekitar 7.000 BTC, senilai $40 juta. Serangan ini melibatkan berbagai teknik, termasuk phishing dan virus.
Dampak:
- Binance menghentikan sementara semua penarikan dan penyetoran.
- Perusahaan menutupi kerugian dengan dana SAFU (Secure Asset Fund for Users), sebuah dana darurat yang disiapkan untuk insiden semacam ini.
Pelajaran:
- Pentingnya mendidik pengguna tentang keamanan dan risiko phishing.
- Memiliki dana cadangan untuk menangani insiden keamanan.
5. KuCoin (2020)
Apa yang Terjadi? Pada September 2020, KuCoin mengalami serangan siber yang mengakibatkan hilangnya berbagai aset kripto senilai lebih dari $280 juta. Peretas berhasil mengakses hot wallet KuCoin dan mencuri sejumlah besar token.
Dampak:
- KuCoin berhasil memulihkan sebagian besar dana yang dicuri dengan bantuan komunitas kripto dan otoritas hukum.
- Platform memperkuat langkah-langkah keamanan dan mengembalikan dana pengguna.
Pelajaran:
- Pentingnya kerjasama dengan komunitas kripto dan penegak hukum.
- Perlu adanya mekanisme pemulihan dan respons cepat terhadap serangan.
Kesimpulan
Serangan siber terhadap exchange kripto telah menunjukkan betapa rentannya industri ini terhadap ancaman keamanan. Dari serangan terhadap Mt. Gox hingga KuCoin, setiap insiden membawa dampak yang signifikan terhadap pasar dan pengguna. Namun, setiap insiden juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keamanan, transparansi, dan regulasi yang lebih baik.
Exchange dan pengguna kripto perlu terus meningkatkan praktik keamanan, termasuk penggunaan cold storage, audit keamanan rutin, pendidikan tentang risiko phishing, dan memiliki mekanisme kompensasi yang andal. Dengan demikian, industri kripto dapat terus berkembang dengan lebih aman dan terpercaya.