Hacker dilaporkan berhasil membobol market maker kripto Wintermute sebesar US$160 juta atau Rp 2,4 triliun. Dalam tweetnya, pendiri dan CEO Evgeny Gaevoy mengatakan peretasan menargetkan operasi keuangan terdesentralisasi (Defi).
Sejauh ini Wintermute belum memberikan indikasi pihak mana yang menjadi pelaku pencurian itu. Meski diretas, Gaevoy meyakini perusahaannya masih bisa membayar utangnya dua kali lipat sisa US$160 juta dalam ekuitas yang tersisa, dikutip dari CNN Internasional, Selasa (26/9/2022).
Para pengguna juga diperingatkan mungkin ada gangguan layanan selama beberapa hadir kemudian. Gaevoy menegaskan pihaknya bisa mengembalikan pinjaman yang ditarik oleh pengguna.
“Jika Anda pemberi pinjaman Wintermute, sekali lagi, kami bisa membayarnya, namun jika merasa lebih aman untuk menarik lagi pinjaman, kami bisa melakukannya,” tulisnya.
Wintermute didirikan pada 2017, dan telah menyediakan likuiditas pada lebih dari 50 bursa serta platform kripto. Peretasan pada perusahaan menambah panjang daftar pencurian kripto dengan jumlah besar di tahun ini.
Chainalysis melaporkan selama tujuh bulan tahun 2022, kripto senilai US$1,9 miliar (Rp 28,7 triliun) yang berhasil dicuri pada berbagai layanan. Jumlah itu melonjak sebanyak 60% dari periode yang sama tahun lalu.