Jihan Wu, Pendiri dan CEO perusahaan alat tambang Bitcoin, Bitmain mengatakan setelah Halving harga Bitcoin bisa naik lebih tinggi, tetapi lajunya perlahan. Antminer S19 Pro jadi pilihan?
“Ketika kapitalitasi pasar Bitcoin bertumbuh, volatilitasnya menurun, maka Bitcoin kian stabil. Itu artinya, Bitcoin mungkin tak mengalami lonjakan naik tajam. Betapapun Bitcoin melejit, satu hari nanti akan memuncak di harga tertingginya. Namun, sebelum itu harga akan relatif datar dengan twist di sana-sini dalam beberapa tahun ke depan,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa bull run Bitcoin mungkin tidak tiba segera setelah tanggal Halving. Kemungkinan akan ada penundaan waktu alias naik perlahan, kata Wu.
Berbeda dengan pendapat pelaku Bitcoin lain, Wu tidak melihat Bitcoin sebagai aset safe haven di kala ekonomi bergejolak.
Baginya Bitcoin naik turun ibarat papan selancar di antara gelombang-gelombang. Maksud Wu adalah Bitcoin murni berdasarkan arus besar antara permintaan dan penawaran.
“Seberapa baik Anda berselancar, itu tergantung pada keterampilan Anda,” kata Wu.
Setengah berpromosi, ia tak enggan mengatakan bahwa alat tambang Bitcoin generasi terbaru Bitmain, yakni Antminer S19 Pro memang disiapkan untuk menghadapi Bitcoin Halving pada Mei 2020 nanti. Diluncurkan pada Februari 2020 lalu, Antminer S19 Pro itu bertenaga 110 Terahash per detik.
“Saya percaya para penambang bisa menggunakan itu untuk melayani pasar Bitcoin selama kurang lebih 3-4 tahun ke depan,” katanya.
Di atas kertas, Antminer S19 Pro yang berdaya lebih dari 3.250 watt itu, dengan harga Bitcoin saat ini, US$6.319, bisa menghasilkan 0,001988 BTC per hari dengan keuntungan bersih mencapai US$8,34 per hari.
Tapi perlu waktu kurang dari 12 bulan untuk balik modal alat, yakni US$2.500. Untuk mencapai itu tentu saja dengan memasukkan harga listrik yang murah, yakni US$0,05 dan biaya mining pool sebesar 1 persen.