Di tengah pertumbuhan adopsi cryptocurrency di seluruh dunia, negara-negara seperti Indonesia dan Chili ternyata memiliki minat publik yang signifikan terhadap cryptocurrency. Salah satunya minat terhadap Bitcoin.
Dalam laporan Coinformant, Indonesia mencapai skor minat kripto tertinggi dengan 5,73 dari 10, mengalahkan negara lain dalam kombinasi empat faktor termasuk jumlah pencarian Google, jumlah artikel kripto yang diterbitkan, peningkatan tingkat keterlibatan dan kepemilikan kripto. Sedangkan Chili berada di peringkat kedua dengan skor 5,26, diikuti Argentina dengan skor 4,79.
Mengutip data dari platform BuzzSumo, Indonesia telah mengalami peningkatan besar-besaran 1,772% dalam jumlah orang yang terlibat dengan artikel tentang cryptocurrency dari tahun ke tahun (YOY). Jumlah artikel kripto yang diterbitkan di Indonesia melonjak 133%, sementara Finlandia mengalami peningkatan terbesar sebesar 725%.
Indonesia juga merupakan negara dengan peringkat tertinggi kedua dalam hal peningkatan pencarian Google terkait kripto selama 12 bulan terakhir, melonjak lebih dari 572%. Chili dilaporkan melampaui Indonesia dalam metrik ini, dengan 707% lebih banyak pencarian Google YOY.
Mengutip data dari Chainalysis’ Data, metodologi Coinformant ini juga mencakup informasi tentang kepemilikan kripto global. Laporan tersebut mencatat bahwa Ukraina memegang proporsi crypto tertinggi, dengan lebih dari 12% populasi memiliki cryptocurrency.
Meskipun Indonesia menang dalam lonjakan minat kripto secara keseluruhan, Amerika Serikat secara konsisten menjadi negara terbesar dalam hal keterlibatan kripto dan faktor lainnya, kata juru bicara Coinformant.
Meskipun sempat memberlakukan larangan pada pembayaran kripto pada tahun 2017, Indonesia ini telah membuat perdagangan criptocurrency legal dengan pengawasan dari BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi). Pada bulan Agustus, Pintu, salah satu exchange perdagangan di Indonesia berhasil mengumpulkan $35 juta dari beberapa investor terbesar di industri crypto dan blockchain.
