Polisi Hong Kong menangkap 27 orang yang dituduh menjalankan operasi penipuan kripto deepfake AI dari sebuah gedung industri seluas 4.000 kaki persegi di wilayah tersebut.
Polisi Hong Kong telah membongkar sindikat penipuan yang menggunakan teknologi deepfake berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk menipu korban dalam skema investasi romansa kripto. Sebanyak 27 orang ditangkap setelah penipuan ini berhasil menipu korban hingga $46,3 juta (360 juta dolar Hong Kong). Para penipu memanfaatkan deepfake AI untuk membuat korban percaya bahwa mereka terlibat dalam hubungan romantis dengan wanita sungguhan, sebelum menarik mereka ke dalam investasi kripto palsu. Penangkapan ini diungkapkan oleh kepolisian pada 14 Oktober.
Sumber: Kepolisian Hong Kong Baca juga : Kerugian Kripto Akibat Deepfake pada Tahun 2024 Diperkirakan Akan Melebihi $25 Miliar
Skema penipuan lintas batas yang diduga dilakukan dari sebuah gedung industri seluas 4.000 kaki persegi di kawasan Hung Hom, Hong Kong, dan sebagian besar menyasar pria dari daratan China, Taiwan, India, dan Singapura.
Polisi mengatakan kelompok tersebut merekrut lulusan universitas lokal yang mengambil jurusan media digital dan membayar profesional TI luar negeri untuk membangun platform investasi kripto palsu. Para pemimpin operasi tersebut juga diduga mengembangkan manual pelatihan bagi mereka yang melakukan penipuan deepfake AI .
Polisi memulai operasi untuk membongkar skema tersebut pada 9 Oktober dengan menyita beberapa komputer, jam tangan mewah, dan lebih dari 100 telepon seluler milik anggota jaringan penipuan yang diduga terlibat.
Baca juga : Dismantling Deepfakes: OpenAI’s New Tool Marks a 99% Success Rate in Combatting AI Deception
Polisi Hong Kong telah menangkap 27 orang yang terlibat dalam sindikat penipuan kripto berbasis deepfake, dengan usia terdakwa antara 21 hingga 34 tahun. Dari total terdakwa, 21 di antaranya adalah laki-laki. Mereka didakwa dengan dua tuduhan utama, yaitu “konspirasi untuk menipu” dan kepemilikan senjata berbahaya.
Penipuan ini dilakukan dengan menggunakan teknologi deepfake berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan para pelaku menciptakan identitas palsu, biasanya wanita, untuk menipu korban melalui hubungan romansa palsu sebelum memikat mereka ke dalam skema investasi kripto. Korban tertipu dengan percaya bahwa mereka sedang berinteraksi dengan orang nyata, padahal gambar atau video yang ditampilkan telah dimanipulasi secara digital.
Dalam investigasi lebih mendalam, polisi menemukan bahwa sindikat ini tidak hanya fokus pada penipuan berbasis kripto, tetapi juga berpotensi terlibat dalam aktivitas kriminal lain, termasuk kepemilikan senjata berbahaya, yang menunjukkan sifat berbahaya dari kelompok ini. Dakwaan “kepemilikan senjata berbahaya” mengindikasikan adanya ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan sebagai bagian dari kegiatan mereka.
Penipuan deepfake seperti ini menimbulkan kekhawatiran baru di dunia digital, di mana teknologi canggih dapat disalahgunakan untuk kejahatan skala besar, terutama dalam bidang keuangan seperti investasi kripto. Kasus ini juga menunjukkan bahwa sindikat penipuan terus berkembang dan menggunakan metode yang semakin rumit untuk menipu korban, menekankan pentingnya pengawasan dan penegakan hukum yang lebih ketat dalam dunia kripto.
Kesimpulan Cryptoiz
Polisi Hong Kong berhasil membongkar operasi penipuan kripto yang menggunakan teknologi deepfake AI untuk menipu korban hingga $46,3 juta. Sindikat tersebut terdiri dari 27 pelaku, yang beroperasi dari sebuah gedung industri besar. Penipuan ini dilakukan dengan menciptakan identitas palsu untuk memikat korban dalam hubungan romansa palsu dan membawa mereka ke skema investasi kripto. Selain penipuan, beberapa terdakwa juga didakwa atas kepemilikan senjata berbahaya. Kasus ini menyoroti ancaman deepfake dalam dunia digital dan perlunya pengawasan serta penegakan hukum yang lebih ketat.