Sistem trading triple screen menggunakan 3 layar untuk memonitor pergerakan harga dengan time frame yang berbeda guna memperoleh sinyal trading yang lebih akurat.
Sistem trading triple screen atau 3 layar ini dikembangkan oleh Dr.Alexander Elder, seorang trader yang juga psikiater. Penjelasan rinci sistem trading ini diuraikan dalam buku best seller-nya “Trading for a Living”. Sistem trading ini menggunakan 3 layar untuk memonitor pergerakan harga dengan skala waktu (time frame) yang berbeda. Metode ini dibuat guna memperoleh sinyal trading yang lebih akurat.
Kebanyakan trader menggunakan single screen atau layar tunggal untuk memonitor beberapa indikator yang digunakan setiap kali akan membuka posisi. Pada prinsipnya dengan hanya menggunakan satu layar saja sudah cukup untuk mengambil keputusan, tetapi bagaimana jika antar indikator tersebut terjadi konflik? Hal ini sering terjadi antara indikator trend following (misal Moving Averages, ADX) dengan indikator oscillator (misal stochastic, RSI).
Sebagai contoh jika kita menggunakan 2 indikator, trend following dan oscillator. Pada pasar yang sedang uptrend, indikator trend following mengisyaratkan sinyal buy, namun indikator oscillator menunjukkan keadaan overbought yang berarti isyarat untuk sell. Sebaliknya untuk pasar yang sedang downtrend, indikator trend following mengisyaratkan sell tetapi indikator oscillator menunjukkan oversold. Konflik semacam ini sering terjadi sehingga menimbulkan salah interpretasi dalam mengambil keputusan untuk membuka posisi.
Keadaan seperti diatas bisa terjadi karena keadaan pasar sangat kompleks dan tidak bisa diprediksi dengan tepat. Jika pasar sedang trending dengan kuat maka indikator trend following akan akurat, namun jika tiba-tiba keadaan pasar berubah sideways (ranging) maka indikator trend following bisa salah dan indikator oscillator akan lebih akurat. Namun sangatlah sulit untuk mengetahui dengan pasti kapan keadaan pasar akan berubah. Banyak trader yang menambahkan indikator sebagai konfirmasi, tetapi juga tidak menjamin akurasi kombinasi beberapa indikator tersebut.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, Dr.Elder mengembangkan sebuh metode yang bisa digunakan untuk mengatasi akurasi kombinasi indikator trend following dan oscillator.
Time Frame Trading Pada Sistem Triple Screen
Indikator trend following bisa menunjukkan isyarat yang berlawanan jika digunakan pada time frame yang berbeda. Sebagai contoh sebuah indikator trend following yang mengisyaratkan uptrend pada time frame daily bisa menunjukkan sinyal sell atau downtrend pada chart weekly. Semakin rendah time frame trading, maka sinyal buy dan sell yang diisyaratkan akan semakin berfluktuasi.
Untuk mengatasi masalah diatas, Dr.Elder membagi time frame dengan faktor 5 hingga 6. Time frame monthly menjadi 4.5 mingguan (weekly), time frame weekly menjadi 5 day (1 minggu pasar aktif 5 hari), time frame daily menjadi 5 hingga 6 hour. Untuk trader harian, time frame hourly menjadi 10-minute (faktor pembagi = 6), dan time frame 10-minute menjadi 2-minute (faktor pembagi = 5).
Keputusan untuk membuka atau menutup posisi didasarkan pada minimal 2 keadaan time frame. Jika Anda hendak mengambil keputusan pada time frame weekly (dalam hal ini time frame 4.5 week), Anda harus melihat ke time frame monthly, dan jika Anda menggunakan time frame 10-minute, Anda mesti melihat juga ke time frame hourly.
Dalam sistem triple screen, time frame utama yang Anda gunakan disebut dengan intermediate time frame, time frame yang lebih tinggi disebut dengan long-term time frame, dan yang lebih rendah disebut short term time frame. Trend ditentukan dari long-term time frame, dan isyarat untuk masuk pasar terjadi bila trend intermediate time frame berlawanan dengan long-term time frame. Sebagai contoh jika trend weekly bullish, maka isyarat buy terjadi ketika pergerakan harga pada time frame 5 day turun, demikian juga isyarat sell terjadi ketika harga pada time frame 5-hour naik tetapi trend pada time frame daily sedang bearish.
Trend Pasar
Menurut para analis yang mengamati pergerakan harga melalui data history, pada umumnya pasar mengikuti 3 jenis trend, yaitu trend jangka panjang dengan rentang waktu beberapa tahun, trend jangka menengah dengan rentang waktu beberapa bulan dan trend minor, atau trend jangka pendek untuk periode yang kurang dari sebulan. Robert Rhea, seorang analis teknikal, menamakan ke 3 jenis trend tersebut dengan ‘pasang-surut’ (tides) untuk trend jangka panjang, ‘gelombang’ (waves) untuk trend jangka menengah dan ‘riak’ (ripples) untuk trend jangka pendek.
Pada abad lalu, trading dengan mengikuti ‘pasang surut’ trend jangka panjang adalah strategi yang paling baik, dan jika trader cenderung ingin keluar masuk pasar, maka sebaiknya mengikuti ‘gelombang’ trend jangka menengah, sementara trading dengan mengikuti ‘riak’ trend jangka pendek jarang dilakukan. Namun ketika jumlah trader meningkat dengan pesat dan pasar menjadi lebih kompleks, trading lebih banyak dilakukan dengan mengikuti trend jangka menengah dan jangka pendek, tetapi dengan skala waktu (time frame) yang berbeda-beda.
Seperti telah diulas pada bagian sebelumnya, pada sistem trading triple screen time frame utama adalah intermediate time frame, dengan long term time frame untuk satu level yang lebih tinggi dan short term time frame untuk satu level lebih rendah.
Jika Anda merencanakan kemungkinan untuk menahan posisi selama beberapa hari atau minggu, maka Anda sebaiknya berkonsentrasi pada time frame daily. Long term time frame Anda adalah weekly dan short term time frame adalah hourly. Jika Anda ingin menahan posisi maksimum selama satu jam, konsentrasi pada time frame 10-minute dengan long term pada hourly dan short term pada time frame 2-minute.
Layar Pertama Pada Triple Screen Menggambarkan Pasang Surut Pasar (Market Tide)
Pasang surutnya trend jangka panjang adalah dasar untuk membuat keputusan trading. Pertama-tama trader seharusnya menganalisa time frame long term, yang adalah satu level diatas time frame patokan. Time frame long term tersebut adalah layar pertama dari sistem triple screen. Jika Anda trading berbasis daily, maka usahakan untuk memperoleh time frame 5-day, dan mulailah menganalisa time frame weekly.
Trend jangka panjang antara lain bisa dilihat dari sudut (slope) indikator MACD. Jika sudutnya ke arah atas, maka pasar cenderung bullish dan merupakan isyarat untuk buy, sebaliknya jika sudutnya ke arah bawah sebaiknya Anda berpikir untuk membuka posisi sell. Selain MACD weekly, bisa juga digunakan exponential moving average (EMA) dengan periode 13 pada time frame weekly.
Dengan menggunakan kiasan Robert Rhea, jika trend jangka panjang sedang ‘pasang’, dalam hal ini trend weekly sedang bullish, maka momentum untuk masuk pasar adalah ketika gelombang trend pada time frame patokan (dalam hal ini 5-day) sedang turun. Dan sebaliknya, untuk trend jangka panjang yang sedang ‘surut’ atau bearish. Untuk melihat momentum ini bisa digunakan indikator oscillator.