Bitcoin telah mengalami koreksi signifikan pada periode ini, menyentuh level USD 65.503 atau sekitar Rp 1,03 miliar berdasarkan data CoinMarketCap pada Rabu, 3 April 2024. Koreksi ini dipicu oleh aliran dana keluar dari ETF Bitcoin Spot pada tanggal 1 April yang mencapai minus USD 85,7 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun. Ini merupakan netflow negatif pertama yang terjadi sejak netflow positif pada 25 Maret.
Aliran Dana Keluar dari ETF Bitcoin
Fahmi menjelaskan bahwa koreksi Bitcoin saat ini disebabkan oleh aliran dana keluar (netflow) dari ETF Bitcoin Spot pada tanggal 1 April lalu. Netflow negatif tersebut menjadi yang pertama sejak netflow positif pada 25 Maret. Meskipun demikian, Fahmi menegaskan bahwa koreksi ini tidak menjadikan Bitcoin kurang menarik sebagai instrumen investasi. Bitcoin masih tetap menarik, terutama di tengah dinamika ekonomi global yang masih menghadapi tantangan inflasi dan pertumbuhan.
Kondisi Ekonomi Global
Kondisi ekonomi internasional dan nasional masih dipengaruhi oleh upaya untuk menurunkan tingkat inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga yang tinggi, seperti kebijakan The Fed yang telah berlangsung sejak akhir Maret 2023, belum mampu menurunkan inflasi sesuai target yang ditetapkan. Di tingkat domestik, angka inflasi Ramadan tahun ini juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencapai 0,52%. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan inflasi masih menjadi fokus utama.
Diversifikasi Investasi
Fahmi menekankan pentingnya diversifikasi investasi ke dalam kelas aset global yang tidak terlalu terkait dengan kondisi ekonomi tradisional. Bitcoin menjadi salah satu instrumen yang memenuhi kriteria tersebut. Banyak investor institusi di Amerika mulai mengadopsi Bitcoin dan menganjurkan klien mereka untuk mengalokasikan sebagian dari portofolio investasi ke Bitcoin.
Dengan demikian, meskipun Bitcoin mengalami koreksi pada periode ini, namun potensi investasinya tetap menarik, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih dihadapi.