Seorang akademisi di University of Hong Kong mengklaim bahwa strategi blockchain dan AI-driven harus diimplementasikan untuk mengatasi tanggapan yang lebih baik terhadap epidemi coronavirus.

Blockchain Mengatasi Coronavirus

Dalam hal ini Syren Johnstone selaku direktur eksekutif program magister hukum di Universitas HongKong mengklaim bahwa badan amal yang ada saat ini sedang dalam kendala untuk pendistribusian sumbangan dari para donatur.

Hal ini terjadi karena pemerintahan cina hanya mengerahkan 5 organisasi untuk mengatasi donasi yang dipilih oleh pemerintah yang sebenarnya menjadi kemunduran bagi cina sejak 2006.

Dirinya juga mengatakan bahwa pelaksanaan badan amal ini menjadi hambatan bagi masyarakat cina, seharusnya memanfaatkan industri teknologi seperti blockchain dan AI yang sudah digunakan secara luas oleh Alibaba, SF Express dan Apple – jadi mengapa tidak digunakan untuk badan amal ?

Jonhstone memohon dukungan Presiden Xi Jinping sendiri atas teknologi blockchain untuk mendukung argumennya, lebih lanjut menyatakan bahwa perusahaan teknologi secara global harus bekerja dengan industri China, karena AI secara khusus menunjukkan “keinginan dari lanskap kooperatif.” 

Binance Charity

Pertukaran Cryptocurrency Binance meluncurkan platform sumbangan amal berbasis blockchain kembali pada tahun 2018, yang telah digunakan untuk bantuan bantuan kepada para korban banjir dan tanah longsor di Uganda Timur dan untuk kampanye dalam mendukung pasien yang sakit parah dan anak-anak yang kurang beruntung di Malta dan Gozo, dan baru-baru ini, upaya bantuan untuk kebakaran hutan di Australia.

Dengan menggunakan skema mata uang berbasis blockchain dapat meningkatkan pengiriman bantuan dan meningkatkan ekonomi lokal.