Vaksin biasanya membutuhkan penelitian dan pengujian bertahun-tahun sebelum menjangkau orang. Namun, penyebaran cepat pandemi COVID-19 memicu perlombaan di antara para ilmuwan di seluruh dunia yang berusaha menghasilkan vaksin yang efektif dalam waktu singkat. Menurut New York Times, saat ini ada 65 yang diuji dalam uji klinis pada manusia, dan 20 sudah mencapai tahap akhir.
Beberapa lagi sudah mendapat persetujuan, dan pendistribusian sudah dimulai sejak Desember 2020. Namun demikian, produksi dalam jumlah besar tersebut menyebabkan penundaan, dan sebagian masyarakat sudah mulai mencari alternatif. Di sinilah penipu yang memanfaatkan darkweb untuk bermain.
Dengan mengutip laporan dari perusahaan keamanan siber Check Point, CNBC mengatakan bahwa darkweb telah terlihat arus masuk besar vendor yang mengklaim mereka menjual vaksin COVID-19 yang disetujui dan berfungsi.
Harga tampaknya relatif tinggi karena satu dosis vaksin bisa berharga $ 250, $ 500, atau bahkan $ 1.000. Penjual juga meminta semua pembayaran untuk ditransfer melalui bitcoin.
Vaksin yang diiklankan di darkweb membawa beberapa masalah penting. Investigasi Check Point menyimpulkan bahwa penjual belum mengirimkan barang setelah menerima pembayaran.
Peneliti perusahaan memesan satu dosis vaksin. Tak lama setelah itu, vendor menghubungi mereka di aplikasi pesan terenkripsi Telegram dan menawarkan vaksin yang dibuat di China seharga $ 750 dalam bitcoin.
Peneliti melanjutkan pembayaran, memberikan alamat pengiriman mereka, tetapi penjual menghapus akunnya, dan paket belum sampai.
Masalah lain termasuk daftar yang bertentangan dengan panduan medis resmi tentang dosis yang diperlukan. Check Point menghubungi penjual lain yang mengiklankan vaksin COVID-19 yang dirahasiakan seharga BTC sekitar $ 300 tetapi mengklaim bahwa pasien perlu menyuntikkan 14 dosis alih-alih dua dosis yang disetujui.
