Dua figur kunci dalam dunia kripto, Sam Bankman Fried dari FTX dan Changpeng Zhao dari Binance, baru-baru ini menghadapi tantangan hukum yang menyoroti sisi gelap dari ekosistem mata uang digital ini. Dalam pandangannya, mantan pengacara senior Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka Amerika Serikat (CFTC), Braden Perry, kasus yang menimpa Zhao dan Bankman-Fried menunjukkan sisi terlarang dan rumit dari dunia kripto.
Menyoroti perbandingan antara kedua tokoh tersebut, Perry menekankan perbedaan dramatis dalam penanganan kasus mereka. Meskipun keduanya pernah menduduki puncak industri kripto, namun mereka mendapati diri mereka dalam keadaan yang sangat berbeda ketika berurusan dengan hukum.
Pada akhirnya, Bankman-Fried dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun, sementara Zhao hanya dihukum 4 bulan. Keputusan ini menandai akhir dari pertempuran hukum panjang antara dua raksasa kripto tersebut, namun dengan hasil yang mengejutkan.
Kasus yang menimpa FTX pada akhir 2022 membawa dampak yang meluas, menyebabkan goncangan besar dalam industri kripto. Keterlibatan banyak perusahaan kripto dengan FTX membuat efek domino yang mengguncang seluruh pasar. Bahkan, kasus kebangkrutan FTX turut menyebabkan penurunan harga Bitcoin hingga mencapai USD 16.000 atau sekitar Rp 256,2 juta pada saat itu, berdasarkan asumsi kurs yang berlaku.
Peristiwa ini menegaskan bahwa meskipun kripto telah menjadi pusat perhatian global dan menawarkan potensi besar, namun masih ada sisi gelap yang harus diperhatikan. Kasus-kasus seperti yang menimpa Bankman-Fried dan Zhao menjadi pengingat bahwa ruang kripto tidak selalu bisa diprediksi, dan tantangan hukum bisa menjadi bagian yang tidak terelakkan dari perjalanan menuju adopsi yang lebih luas.
