Pada 2021, El Salvador membuat sejarah dengan menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah bersama dolar Amerika Serikat (AS).
Sejak itu, El Salvador telah menambang total 474 Bitcoin senilai USD 29 juta atau kurang lebih Rp 463 miliar (estimasi kurs rupiah 15.968 per dolar AS) dengan menggunakan energi panas bumi dari gunung vulkanik. Bitcoin ini ditambang dengan tenaga dari gunung berapi Tecapa, menggunakan 300 pemroses penambangan. Negara ini telah mengalokasikan 1,5 megawatt (MW) listrik untuk penambangan mata uang kripto dari total 102 MW yang diproduksi oleh pembangkit listrik milik negara tersebut.
Dikutip dari Cointelegraph, Kamis (16/5/2024), di tengah meningkatnya pengawasan terhadap ketergantungan penambangan Bitcoin pada listrik dan bahan bakar fosil, El Salvador telah muncul sebagai pionir dalam penambangan energi terbarukan.
Sejak mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, pemerintah El Salvador telah mengadopsi beberapa kebijakan yang berfokus pada Bitcoin, termasuk mendirikan pembangkit listrik tenaga panas bumi untuk menambang BTC. El Salvador sekarang memiliki total 5.750 BTC senilai sekitar USD 354 juta.
Sejak 2021, organisasi global seperti Bank Dunia dan lainnya telah mengkritik keras negara Amerika Tengah ini karena mengadopsi Bitcoin. Pasar bearish dari tahun 2022 hingga 2023 meningkatkan pengawasan, dengan banyak yang mempertanyakan tindakan Presiden El Salvador, Nayib Bukele. Namun, Bukele menggandakan taruhan Bitcoinnya dengan mengumumkan bahwa negara tersebut akan membeli satu BTC setiap hari.
Bukele dengan mudah memenangkan pemilihan presiden El Salvador tahun 2024 dengan dukungan luas secara nasional.