Dari Crypto AG hingga Bitcoin
Teori ini bermula pada tahun 1990 ketika Jerman menjual perusahaan teknologi enkripsi, Crypto AG, kepada CIA. Negara-negara yang menggunakan teknologi ini tidak tahu bahwa mereka sedang dimata-matai oleh pencipta sistem keamanan mereka sendiri Amerika Serikat dan Jerman. Operasi pengawasan besar-besaran ini bukan hanya soal pengumpulan intelijen ini juga bisnis yang menguntungkan, dengan informasi yang diperoleh dijual di pasar gelap. Operasi ini baru berhenti pada tahun 2018, bersamaan dengan apa yang kemudian dikenal sebagai “Great Crypto Crash.”
Tatsuaki Okamoto, seorang ahli kriptografi yang dihormati, ikut serta dalam whitepaper tahun 1996 yang memicu spekulasi tentang kemungkinan dia adalah Satoshi Nakamoto, pencipta Bitcoin.
Baca juga : Pasar Crypto Bergejolak: Bitcoin Terkoreksi, Solana Bersinar
Penciptaan Bitcoin
Pada tahun 2005, NSA memiliki semua kode yang dibutuhkan untuk menciptakan mata uang kripto. Namun, mereka belum memiliki platform dan nama yang sesuai. Sekitar waktu ini, terungkap bahwa NSA dan Pentagon berinvestasi besar-besaran dalam superkomputer dan fasilitas data di Utah dan Maryland. Investasi ini lebih dari cukup untuk mendukung jaringan blockchain seperti Bitcoin. Nama samaran “Satoshi Nakamoto” kemudian dipilih sebagai identitas sang pencipta.
Pada tahun 2008, saat dunia diguncang oleh krisis keuangan, muncul sebuah makalah berjudul “Bitcoin Sistem Uang Elektronik Peer-to-Peer” oleh seseorang atau kelompok dengan nama Satoshi Nakamoto. Makalah ini menguraikan konsep mata uang digital terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain yang dirancang untuk beroperasi tanpa otoritas pusat. Pada bulan Januari 2009, Bitcoin resmi diluncurkan, menandai dimulainya era baru dalam sistem keuangan global.
Teori ini memicu banyak spekulasi dan perdebatan, menjadikannya bahan diskusi menarik bagi mereka yang tertarik pada asal-usul Bitcoin dan implikasi konspirasi global.
Baca juga : Bitcoin kembali meraih $62K, membentuk ‘palu banteng besar’ pada grafik harga
