Harga Bitcoin dan sejumlah mata uang kripto lainnya pada Kamis (9/5/2024) masih bergejolak, mengikuti tren penurunan setelah lonjakan harga Bitcoin yang terjadi di awal tahun ini.
Bitcoin, sebagai mata uang kripto terbesar, mencatat rekor tertinggi mendekati USD 74.000 pada pertengahan Maret 2024, terutama karena lonjakan permintaan terhadap ETF. Namun, harga Bitcoin mengalami penurunan sejak saat itu.
Penurunan ini tampaknya membingungkan mengingat adanya momen halving pada 19 April, ketika kebijakan moneter terprogram Bitcoin mengalami perubahan. Meskipun jumlah token baru dipotong setengahnya, yang seharusnya membatasi pasokan, harga terus mengalami penurunan.
Salah satu alasan utama penurunan ini, menurut ahli strategi dari JP Morgan, Nikolaos Panigirtzoglou, adalah bahwa halving telah dipertimbangkan oleh pasar. Dia mencatat bahwa Bitcoin telah berada jauh di atas perbandingan volatilitas yang disesuaikan dengan emas, menunjukkan bahwa harga yang “seharusnya” adalah sekitar USD 45.000.
Penjelasan yang lebih optimis datang dari Matteo Greco, seorang analis riset di Fineqia International. Greco mencatat bahwa halving Bitcoin sebelumnya telah menyebabkan penurunan harga dalam jangka pendek, tetapi biasanya diikuti oleh periode kenaikan momentum selama 9-12 bulan, yang mengarah ke puncak siklus pasar.
Dengan demikian, meskipun terjadi penurunan harga pasca halving, beberapa analis melihatnya sebagai bagian dari siklus normal dalam dinamika pasar Bitcoin. Menariknya, penurunan ini juga memberikan peluang bagi para investor yang percaya pada potensi jangka panjang dari kripto untuk memasuki pasar dengan harga yang lebih rendah.