Pada Sabtu, 20 April 2024, setelah momen penting Bitcoin Halving, biaya transaksi Bitcoin mengalami lonjakan yang signifikan, mencapai lebih dari USD 240 atau sekitar Rp 3,8 juta per transfer. Saat ini, meskipun telah mengalami penurunan, biaya transaksi masih tinggi, berada di atas USD 150 atau sekitar Rp 2,4 juta per transfer pada prioritas rendah.

Dilansir dari Bitcoin.com pada Senin, 22 April 2024, para penambang telah menerima biaya yang lebih tinggi dari biasanya dalam 24 jam setelah halving. Terdapat sekitar 234.162 transaksi yang belum dikonfirmasi, setara dengan sekitar 241 blok atau lebih dari 450 megabyte data.

Biaya transaksi Bitcoin terbagi menjadi dua kategori, yaitu biaya prioritas tinggi yang berkisar antara USD 245 hingga USD 203 per transfer, dan biaya prioritas rendah sekitar USD 159 per transaksi.

Para penambang yang berhasil menemukan blok-blok baru termasuk Viabtc, Foundry, Braiins Pool, dan Antpool, dengan total dua blok berhasil ditemukan. Perlu dicatat bahwa sejak Bitcoin Halving keempat, tarif biaya transaksi telah melampaui puncak sebelumnya, mencapai USD 62 atau sekitar Rp 1 juta per transfer yang terjadi pada April 2021.

Kenaikan biaya transaksi Bitcoin yang baru-baru ini terjadi, yang melampaui harga tertinggi sebelumnya, menyoroti fluktuasi dalam ekosistem ekonomi jaringan setelah peristiwa penting seperti halving. Sebagai contoh, ketika Antpool menemukan blok 840.005, kumpulan penambangan berhasil memperoleh 29.821 BTC senilai USD 1,9 juta atau sekitar Rp 30,8 miliar.

Jika tren ini berlanjut, kumpulan penambangan berpotensi untuk mengumpulkan jutaan dolar hanya dalam hitungan jam. Sebagai ilustrasi, blok 840.006 mengandung 23.156 BTC, sedangkan blok 840.007 berisi biaya sebesar 17,68 BTC.

Dengan demikian, lonjakan biaya transaksi Bitcoin pasca halving menimbulkan tantangan baru bagi para pengguna dan pelaku pasar dalam mengelola biaya transaksi dan menyesuaikan strategi mereka dalam menghadapi fluktuasi harga yang tidak menentu di pasar kripto.